Short Story


Saat diri Berkompromi, saat jiwa semangat kembali. 

Siang ini aku berniat menghabiskan waktu di  Dunkin Donut, aku sedang ‘ngidam’ hazlenut donut-nya, entah, ada kabar yang tak mengenakan yang kuterima tadi malam, aku tidak di terima di salah satu tempat kerja yang orang tuaku harapkan, mulanya aku memang merasa sedih dan tak enak akan hal ini. Khususnya untuk orang tuaku, namun, memang ini bukan jalannya, atau bahkan belum. 

Setibanya aku di Dunkin Donut, ku pesan sesuai dengan yang telah aku pikirkan saat masih di rumah, ya si sexy hazlenut, tak pikir panjang lansgsung ku datangi sudut ruangan anti-rokok di toko ini, nampaknya banyak mahasiswa yang berkutat dengan laptop-nya, aku bertaruh mereka memang mahasiswa, terlihat saat pertama kali aku bertatap mata dengan bebehrapa dari mereka. Ada yang duduk sendiri dengan wajah yang lunglai dan menatapi smartphone nya, ada yang berkelompok sambil berdiskusi bersama sesamanya. 

Sedangkan aku memilih duduk di dekat ambang pintu, menghadap menuju taman kecil yang memancarkan bayang-bayang cahaya matahari di sekitarnya, sungguh tenang. Aku mulai membuka laptopku ketika pesanan tambahanku datang, sayup-sayup aku mendengar beberapa perbincangan mereka, ada yang membahas mengenai campaign kebersihan yang di lanjut dengan merekam  momen dari campaign yang mereka diskusikan, di sudut lain rumus-rumus matematika entah fisika mereka bicarakan, rasa-rasanya mereka memang terlihat dari perguruan tinggi favorit di Kota Bandung, yang mana tempatnya memang tak jauh dari toko donat ini. Aku berfikir selama 5 detik, mereka sangat bersemangat!

Di sudut ruangan ini,pikiranku berlarian, dimuai dari insiden tadi malam, terkonfirmasinya aku yang tak menjadi pegawai di perusahan yang orang tuaku mau, hingga memperbaruhi aplikasi riwayat hidupku agar lebih menarik. Sempat aku berfikir sulit kurasa dewasa ini mencari pekerjaan, aku sedikit menyesali perbuatakan ku di awal-awal kelulusan, saat itu aku mendapat banyak tawaran, namun aku tak memaksimalkannya, berbeda dengan saat ini setiap hari aku mengecek surel ku dan pesan masuk, nyatanya hanya pesan masuk dari operator.

Ya, mungkin ini bisa menjadi hal yang ter-maklumkan karena keegoisan diri yang hanya mementingkan gengsi terlebih tak mengandalkan pengalaman yang hendak di dapat, yang dirasa adalah “aku mahasiswa yang lulus terlebih dahulu” hal itu terus tertanam, namun yang perlu kau tahu, start saja belum, aku sudah merasa berlari dengan cepat, memang benar, janganlah cepat puas dengan hasil yang kau dapat. Itu bukan final result hidupmu. Juga hidupku.

Malam tadi lebih parah, sebelum tidur aku terus berfikir, mengapa bisa seseorang memiliki usaha yang terus berkembang dan mempekerjakan banyak pegawai, mengapa bisa mereka bekerja di perusahaan yang menurutku keren dengan gaji yang keren pula. Aku ini apa? Hanya diam dengan keputusasaan. Bagaimana mereka memulai? Saat itu jujur saja aku tak tahu harus memulai dari mana, dan usaha seperti yang akan membuat kehidupanku menjadi lebih baik, melamar saja hanya melalui online, dinilai dari mana usaha melamar di zaman sekarang? Ternyata pikiranku sesempit itu. 


***

Kudapati melihat instastory temanku di Instagram, dia mengunggah keseruan di kantornya, dengan pegawai yang berseragam hitam-hitam, tentu saja aku mengetahui seragam apa itu, salah satu perusahaan media terbesar di Indonesia. Dia bekerja di sana, setelahnya aku membukan twitter-ku, akhir-akhir ini aku memang suka bermain-main lagi dengan twitter, disana aku mendapatkan banyak informasi, status-status yang lebih berbobot di bandingkan kehidupan sosial di Instagram yang banyak menojolkan sisi kemewahan seseorang dan hal-hal yang kurasa tak penting. 

Kembali, aku melihat temanku yang tadi itu, dia me-retweet salah satu tweet yang menurutku sangat memotivasi, kau tau apa? Mengenai robot yang bisa menggantikan seorang juru tulis dalam mengolah berita, aku merasa tersaingi oleh robot itu, terlebih dengan keadaan yang sedang aku rasakan saat ini. Tak tau mengapa hal tersebut mendorongku untuk menyapanya di direct message twitter. Bermula dengan kata “Hai, apakabar Ica,”, “Kamu kerja di Tr***, ya?” tak lama dia membalas pesanku, dia memang teman SD-ku, dulu rumah kitapun dekat dan sering bermain bersama. 

Kemudian, tak terasa obrolan yang kumulai bisa sampai semenyenangkan itu, dia bercerita bagaimana dia diterima kerja sebagai seorang HRD di perusaahn besar, bagaimana pengalamannya merekrut karyan baru, hingga tips yang ia berikan kepadaku si pekerja serabutan ini, mengalir saja aku ceritakan pengalaman saat aku mencari-cari pekerjaan, hingga ketakutanku akan teknologi yang terus berkembang maksudku “Robot”.

Dia menanggapi hal ini dengan cukup serius, bagaimana menjalin feedback yang baik dalam obrolan ini, dia berhasil,  juga dia menanggapi, tak ada yang harus kau takuti dengan robot dikemudian hari, kita sama-sama berjuang untuk masa depan yang sudah terbaca seberapa canggihnya bahkan di 5 tahun mendatang, banyak yang perlu kau lakukan selain skill yang kau punya, sesungguhnya mempelajari teknologi dan bagian-bagian didalamnya tak sesulit yang kau kira, karena kita hidup dimana teknologi menjadi basic dalam kehidupan sehari-hari. 

Aku sangat suka bagaimana dia memberikan pendapatnya akan hal ini, seketika aku menjadi bersemangat kembali, setidaknya kau harus mengambil langkah yang besar dengan resiko yang besar pula, yang kau butuhkan hanyalah mental dan usaha, tak lupa berdo’a. aku memang belum banyak memulai, tapi hal di atas menjadi motvasi besar untukku, aku mulai melamar-lamar kerja lagi, jika belum 500 lamaran yang ku kirim aku takan berhenti sampai salah satu atau bahkan salah dua nya menyangkut di namaku, Zaira. 

Tak ada lagi rasa iri melihat temanku yang lain asyik dengan pekerjaan yang menyenangkan, kau tahu, seperti yang aku bilang tak semua orang akan membagikan pengalaman sulitnya untuk mencapai target, semua orang berusaha, mereka yang hidup di media sosialpun berusaha, tak jarang hasil yang didapati itu mereka unggah di sosial media, yang kau anggap hal itu suatu kesenangan yang terus mereka lakukan, jangan anggap serius dan menjadi acuan hidup tentang sosial media itu.


***

Meskipun tak banyak skill yang aku punya, setidaknya aku sangat menyukai menulis, aku akan terus konsisten dengan ini (Iya, pasti, semoga saja!!). Robot tak akan memiliki tulisan yang dituangkan dari hati, karena mereka hanyalah mesin. Hingga paragraf ini dibuat aku mendapatkan pesan masuk yang berisi undangan tes masuk salah satu perusahaan di Kota Bandung, kali ini tak akan aku sia-siakan, kalaupun tak ada lagi kelanjutannya, kau harus seribu kali memutar otak, karena kau hidup dimana setiap orang berlomba menjadi yang terbaik, kau harus tau, bukan kau atau bahkan aku saja yang ingin mendapati kesuksesan hidup, mereka yang ‘malas’ pun ingin hidup senang, menularkan kebahagiaan kepada orang tua tentunya dan menjadikan keringat orang tua itu tak sia-sia. 

Semua orang memiliki tujuan yang sama. Semua kembali pada dirimu, bagamaina kau memulai, bagaimana kau mempersepsikan banyak hal. Kau tahu, kini aku kembali mendaptakan semangatku, aku akan terus berusaha, tak hanya menjadi si pekerja ‘serabutan’ bahkan saat aku menulis serabutan aku tersadar semua pekerjaan itu adalah pengorbanan, entah bagi mereka yang baru memulai, entah karena paksaan keadaan, hobi, kesenangan, tak ada yang boleh kau pandang sebelah mata, tapi aku ingat apa yang aku mau, yang orang terdekatku harapkan, aku sudah kembali di jalur ini, iya. 

Ya Allah ya tuhanku, kau yang maha tau, bimbing aku di jalanmu, tetapkan hati ini selalu kepadaMu dan menjadi pribadi yang lebih baik, bahkan ketika aku sudah menemukan jalan yang kau berikan, mulanya di bayanganku, hanya ingin bekerja saja tinggal usaha sedikit mungkin jika berdo’a tuhan akan berkata mengapa hal sepele begitu saja kau minta kepadaku, namun aku sadar, tuhan menyukai itu, sesepele apapun itu adalah jalan menuju sesuatu yang besar, manusia lahir pun tak langsung berumu 22 tahun.

Satu hal lagi, kesuksesan bukan melulu soal materi dan gengsi yang kita punya, melainkan bagaimana menentukan hati agar terus teguh dan tidak putus asa. 

*Donatku sudah habis, minumanku hampir habis, aku bergegas pulang*

(zfd*)





Comments

  1. Semangat Ka Diba!!! Ayo bangkit lagi, kamu pasti bisa.
    dan satu lagi, jangan lupa untuk terus menulis. Karna mungkin diluar sana ada seseorang yg senantiasa menunggu tulisanmu, termasuk Aku.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huahaha, makasii byk Tanti! maaf kalo masi kurang enak di baca ya:'

      Delete

Post a Comment

Popular Posts